Kamis, 28 Oktober 2010

Precast Wall, Dinding Beton Siap Pakai

Industri konstruksi semakin bergairah dengan adanya produk precast concrete yang dapat dipasang cepat dan kualitasnya sangat baik. Tidak hanya dari sisi struktur, yaitu kekuatan dan kekakuannya saja, tetapi juga dari sisi arsitekturalnya yaitu penampakan luar (keindahan).  Oleh karena itu, arsitek yang berorientasi maju pasti akan memikirkan alternatif pemakaian produk precast untuk bangunan rancangannya.

Bagaimana tidak, dengan digunakannya precast maka semua komponen yang seharusnya dikerjakan di atas bangunan sehingga susah dijangkau arsitek untuk diawasi maka dapat dilakukan di bawah sehingga si arsitek dengan leluasa mengawasi kualitas produk yang akan dipasangnya. Kecuali itu
, umumnya produk precast adalah untuk komponen- komponen yang berulang (repetitif) sehingga prosesnya seperti halnya industri pada umumnya, dibuat satu dulu sebagai contoh, jika memuaskan akan dikerjakan lainnya dengan kualitas yang sama.

Untuk produk precast, yang sangat berperan adalah teknology yang digunakannya. Siapa yang membuatnya. Tidak hanya perencanaannya saja yang harus bagus tetapi juga perlu pelaksanaan yang baik. Precast for finishing, yang diperuntukkan untuk keindahan, yang terlihat dari luar untuk ditampilkan, jelas lebih sulit dibanding produk precast yang sekedar untuk komponen struktur saja. Hal- hal yang perlu dipertimbangkan, misalnya : ketahanan terhadap cuaca (tidak retak, keramik lepas atau berubah warna), kebocoran terhadap air hujan (teknologi karet sealant, seperti yang terpasang pada pintu mobil), presisi yang tinggi, juga detail yang benar dari takikan-takikan yang dibuat agar air yang menimpanya selama bertahun-tahun tidak meninggalkan jejak yang terlihat dari luar, juga detail sambungan dengan bangunan utamanya, bagaimana mengantisipasi deformasi bangunan yang timbul ketika ada gempa dll-nya tanpa mengalami degradasi kinerja dan lainnya. Oleh karena itulah perusahaan precast untuk keperluan finishing yang sukses di Jakarta tidaklah banyak.

O ya, produk precast yang akan dipasang ini adalah produk Griyaton, perusahaan precast yang sudah terkenal malang melintang di Jakarta dan produknya sudah banyak terpasang di bangunan-bangunan tinggi. Sistem yang dipasang ini, yaitu di proyek Senayan Tower, Jakarta, adalah sama dengan yang dilaksanakan di gedung Thamrin Tower atau sekarang disebut ATD Plaza di Jalan Thamrin Jakarta Pusat. Proyek Thamrin Tower waktu itu adalah sama-sama dimiliki oleh Kajima, yang sekarang membangun Senayan Tower ini. Waktu itu ada dua sistem precast concrete yang dipasang, yaitu precast wall dan precast hollow-core-slab untuk lantainya. Jika sekarang keduanya juga diterapkan pada proyek ini. Berarti sistem tersebut dianggap sukses.

Mau tahu lebih lanjut ?

Foto 1: Pengerjaan pemasangan kaca pada precast-wall yang datang dari fabrikasi.





















Foto 2: Rangka aluminum tempat dudukan kaca.





















Foto 3: Proses pemasangan kaca pada precast wall (di bawah)





















Foto 4: Pemasangan sealant pada kaca






















Foto 5: Kumpulan precast-wall siap diangkat



















Foto 6: Pengangkatan precast-wall satu persatu.






































Perhatikan pada bagian kacanya diberi pelindung dari tripleks.

Foto 7: Sisi luar bangunan yang akan dipasang precast-wall


















Jika satu portal persegi tersebut butuh 2 precast-wall untuk penutupnya, berapa banyak precast yang diperlukan.

Foto 8: Proses pengangkatannya


















 Foto 9: Sambungan yang menempel ke balok






















Foto 10: Sambungan sistem tumpu (pada bagian bawah skin)




























Foto 11: sistem sambungan lain



Foto 12: Memasang karet sealant joint





















Sistem karet sealant ini sangat penting, kalau sampai bocor membongkarnya saja sudah sulit. Jadi produknya juga harus teruji. Inilah salah satu teknologi yang harus dikuasai untuk menghasilkan kinerja yang baik untuk precast sebagai penutup luar.

Foto 13: precast-wall selesai dipasang (final)





















Perhatikan presisi dari setiap garis yang akhirnya menghasilkan keindahan. Di Jakarta, tidak banyak gedung-gedung yang seperti ini. Kebanyakan pakai keramik yang dipasang on-site, yang tahu-tahu dapat jatuh dan akan menimbulkan korban jiwa.


Anda tertarik untuk mempelajari sisi teknisnya. Untuk itu silahkan baca makalah dari PCI Journal sbb:Sidney Freedman .(1999). “Loadbearing Architectural Precast Concrete Wall Panels”, PCI JOURNAL September-October 1999 (down-load PDF 1192 kb)

Terimakasih untuk : Bpk Wiryanto Dewobroto

----------------
NB :
Jika ingin mencopy Artikel ini, mohon cantumkan juga sumbernya. Kami menghargai Anda, sebagaimana Anda juga menghargai Kami. Terima kasih

Roof Garden untuk Solusi Global Warming

Sadarkah Anda..? Bahwa umur Bumi kita ini sudah semakin menua. Adanya ketidaksetabilan alam menyebabkan banyak perubahan yang sangat dirasakan. Udara semakin panas, Kutub mulai mencair, banyak pulau yang tenggelam, dll. Nah, jika hal ini dibiarkan begitu saja tentu umur Bumi kita ini tak akan bertahan lama. Tanaman dan bunga ibarat aliran darah bagi bumi, menyediakan oksigen untuk manusia dan hewan. Meski begitu tidak semua orang beruntung memiliki ruang cukup untuk membuat taman yang hijau, terutama warga di perkotaan. Tapi itu tidak menghalangi desainer-desainer bangunan dan perencana kota untuk menciptakan ruang hijau. Tidak ada lahan kosong, atap bangunan pun jadi.
Ini dia solusinya....

1. Waldspirale

Merupakan sebuah apartemen di Darmstadt, Jerman, dibangun tahun 1990-an. Namanya berarti spiral berpohon, merefleksikan plan dari bangunan itu dan juga memiliki taman di atas atapnya. Arsiteknya Heinz M. Springmann, bangunan ini selesai dibangun tahun 2000.
 
2. California Academy of the Sciences
 

3. Roof Garden on Fifth Ave

Ini taman di sebuah bangunan di Fifth Ave, New York City. Konon pada adegan film spiderman bersama kekasihnya diambil di lokasi ini.

4. Taman di Atas Bangunan 40th Story HDB

5. Ghibli Museum di Tokyo, Japan

6. Taman di Atas Atap Klub Spa

 7.  Taman Atap di Battery Park City Solaire

8.  City Hall building di Chicago


Untuk menghemat energi dan uang untuk biaya pendingin ruangan saat musim panas, sebuat taman hijau dicptakan di atas bangunan City Hall Chicago tahun 2000

Saat ini ribuan jenis tenaman tumbuh di sini dengan lebih dari 150 species tanaman dan sanggup menghemat tagihan utilitas hingga $5000 dollar per-tahunnya. 

9. The Australian Parliament Building di Canberra


10. Atap Hijau Terluas di Dunia di Pabrik Ford


11.  ACROS Fukoka Building, Jepang


12.  Taman  Atap Lantai 6, St. Luke’s International Hospital. Akashi, Tokyo


12.  Taman di Atap Penthouse, New York


13. Vancouver Public Library, Canada


 14. Singapore School of Art and Design



Bentuk Keruntuhan Bangunan saat Gempa

Bentuk- bentuk keruntuhan ini diambil saat peristiwa Gempa di padang beberapa tahun lalu. Luar biasa, dua kali gempa yang relatif sama besarnya, tetapi meskipun demikian ternyata lokasinya tidak sama. Dua kali gempa berturut-turut yaitu 7.6 Magnitude pada tanggal 30 September, at  05:16:09 PM, kemudian 6.8 Magnitude tanggal 1 Oktober, 08:52:30 AM. Akibatnya, kota Padang dan sekitarnya luluh lantah.

Meskipun bencana yang terjadi cukup besar, bahkan dikatakan dampaknya lebih besar dari gempa Yogyakarta ternyata ini bukan gempa besar yang ditunggu-tunggu selama ini.  Padahal kalau melihat berita-berita kerusakan yang terjadi cukup memprihatinkan juga.Inilah bangunan- bangunan yang mengalami kerusakan saat gempa :

1. Katedral Padang
































2. Jembatan Siti Nurbaya


















3. Hotel Ambacang
















Seminggu setelah gempa. Bangunan yang nampak adalah bangunan lantai ke-5 dan di atasnya adalah lantai ke-6. Hotel tersebut menurut penjelesan bapak Ir. Supartono adalah bangunan renovasi, yang dulunya berupa gudang atau semacamnya, yang merupakan bangunan peninggalan jaman belanda. Sekarang sudah hancur tertumpuk bangunan baru di atasnya. Ini merupakan pelajaran berharga, bahwa kalau sudah dikaitkan dengan gempa maka tampilan seindah apapun tidak ada gunanya. Para arsitek, agar jangan sampai terjadi bangunan hasil rancangan anda seperti di atas, pastikan ajak civil/structural engineer yang berkompeten terlibat pada proyek.

4. DPU Padang

















 Soft-storey effect lagi, bahkan ini di kantor PU, kantornya orang-orang teknik sipil. Bayangkan, itu bisa juga terjadi.

5. Hotel Bumi Minang, hotel bintang empat di kota Padang


















Perhatikan kolom yang terlihat hancur itu ternyata hanya kolom artificial. Kurang jelas ya. Baik bagian yang terlihat hancur tersebut akan saya besarkan.





























 Nah ketahuan bukan, kolom tersebut ternyata isinya hanya batu-bata saja bukan. Bukan kolom beton. Itulah yang saya maksud sebagai kolom artificial. Informasi dari bapak Supartono disitu sebenarnya konstruksinya adalah kantilever. Coba kalau ketemu kasus yang seperti itu, yang pinter arsitek atau structural engineer-nya ya. Jika ternyata dibagian tersebut dapat diberi kolom, tetapi mengapa perencana strukturnya pakai sistem kantilever. Kondisi itu dimungkinkan jika dibawahnya misalnya ada luasan lantai yang harus bebas kolom. Jadi bagi para perencana struktur, kolom yang menerus sampai pondasi adalah struktur yang paling penting untuk keamanan terhadap gempa.

6. Bangunan Pemerintahan
















Ini bangunan pemerintah kalau dilihat dari lambang yang terpasang pada dinding kiri. Bangunan tersebut terbelah dua lho. Bangunan utama mengalami soft storey, lantai satu rontok dan bangunan berdiri di atas lantai dua, sedangkan kolom-kolom pada selasar depan masih utuh. Jadi kondisinya memang parah.

7. Tempat Les Bhs Inggris, LIA


















Diceritakan pada saat gempa terjadi, pada saat itu ada sekitar 12 orang anak muda yang sedang test TOEFL.Innalilahi waiina ilaihi roji'un... Smg meninggal dgn khusnul khotimah. Amiin....

 8. Bangunan- bangunan umum dan pemukiman
















ini juga soft storey effect, bagian bawah yaitu kolom-kolomnya tidak kuat dan hancur sehingga bagian atas menimpa bagian bawah.





















Bahkan bangunan dari struktur baja pun hancur..... bagaimana ini...





















Ini bukan hanya miring, lantai satunya juga sudah ‘terbenam’.




















Meskipun terlihat cukup banyak element vertikal tetapi yang berupa kolom struktur satu, yaitu yang ke dua dari sebelah kanan, yang lain adalah kolom praktis yang benar-benar praktis tidak memberi perlawanan terhadap gaya lateral gempa.






















Kelihatannya utuh ya, padahal bangunan yang kiri kolomnya mengalami kegagalan. Meskipun jendela atau temboknya tidak terlihat mengalami kerusakan yang fatal, tetapi karena kolom merupakan struktur utama dari bangunan tersebut maka satu-satunya cara agar dapat digunakan dengan aman lagi adalah dengan ‘merubuhkannya’. Demikian pendapat bapak Supartono ketika menjelaskan mengapa foto di atas menjadi perhatian beliau. Jadi yang disebut kerusakan parah itu tidak sekedar tercerai berai, ada yang ‘ kelihatanya tenang’ tapi ternyata barbahaya.





















Merupakan salah satu kerusakan tipikal bangunan-bangunan lama, yang mana fokusnya masih pada pembebanan vertikal. Perhatikan tembok satu batu saja dengan ringannya dapat terbelah oleh gempa, juga balok kayu di atas, meskipun masih utuh, tetapi tidak ada peranannya dalam memikul gaya lateral akibat gempa. Itu merupakan konstruksi simple beam, sedangkan tembok seperti kolom kantilever, bahkan mungkin seperti sendi-bebas (tidak stabil terhadap beban lateral).






















Ini adalah tipe kerusakan yang cukup banyak dijumpai di sana, yaitu soft-storey effect. Lantai bawah kurang kaku dan kurang kuat dibanding bangunan bagian atas, akhirnya bagian bawah luluh lantah tidak terlihat. Hancur berkeping-keping. Kalau ada korban manusia di bawahnya ya jelas tidak bisa diapa-apakan lagi.





















Jangan kaget, meskipun terlihat utuh, tetapi itu lantai dua dan tiga, adapun yang lantai satu, sudah luluh lantak. Ini juga soft-storey effect. Ingat, biasanya orang kalau ada gempa khan lari ke bawah, pas di bawah mau buka pintu keluar lalu tiba-tiba sudah seperti foto di atas, gimana coba, bayangkan. Orang di luar pastilah tidak bisa berbuat apa-apa untuk menolong. Masih mending kalau langsung mati, kalau tidak, bayangkan..!!



















Lantai 1 sudah hancur. Ini foto perbesarannya....




















Coba ada yang aneh tidak, itu yang terlihat dilantai bawah adalah balkon lantai dua dari bangunan yang sebenarnya. Kolom bawah hilang, itulah soft storey effect. Satu-satunya jalan yang dibongkar itu bangunan.
Melihat kondisi di atas orang awam tentu akan miris, atau bahkan mengkuatirkan kondisi bangunan bila ada gempa seperti yang terjadi di Padang tersebut. Untuk itu saya menanyakan ke bapak Supartono kira-kira apakah sebagian besar bangunan di kota kondisinya seperti foto-foto di atas. Ternyata jawaban beliau tidak, masih banyak bangunan yang utuh. Jadi yang rusak di atas adalah bangunan-bangunan yang persyaratan tekniknya kurang baik.

Jika bangunan telah direncanakan dengan baik, yaitu secara profesional oleh structural engineer yang berkopentsi, maka sebenarnya bangunan tersebut tidak masalah dengan adanya gempa tempo hari. Untuk mendukung hal tersebut, beliau menunjukkan foto-foto pabrik semen Padang. Pada salah satu areal pabrik ditunjukkan ada suatu bangunan yang merupakan bangunan tertinggi yang ada di kota Padang tersebut, bangunan tersebut tempat peralatan-peralatan untuk proses pembuatan semen, jika ditotal jendral, berat peralatan-peralatan yang dipikul bangunan  tersebut adalah 40.000, ton. Itu jelas lebih berat dibanding untuk bangunan rumah atau perkantoran biasa. Ternyata sewaktu diinspeksi ke sana khusus untuk bangunan tersebut tidak mengalami retak. Ini bangunan yang dimaksud.

















Ini tampak dari atas pabrik, perhatikan asap cerobong asap yang tetap berfungsi. Seminggu pasca gempa, proses pabrik berjalan normal tidak terpengaruh oleh gempa. Bayangkan jika kondisinya seperti bangunan-bangunan di atas maka itu bisa mempengaruhi ekonomi negara, maklum pabrik Semen Padang khan aset nasional. Perhatikan bangunan bertingkat terbuka di sebelah kanan, itula yang dimaksud dengan bangunan tertinggi dan terberat di kota Padang, tetap berfungsi dengan baik, bahkan tidak ada yang retak sama sekali. Untuk jelasnya saya zoom ya bagian tersebut.

Bangunan di atas mungkin satu-satunya bangunan besar (tinggi dan berbeban besar) yang benar-benar telah teruji terhadap gempa besar sesungguhnya di Indonesia. Jakarta khan jelas belum pernah menerima gempa sebesar gempa Padang tersebut bukan. Bahkan bapak Supartono menjelaskan karena waktu pembangunan bangunan tersebut sudah cukup lama maka perencanaannya belum mengimplementasikan peraturan yang terbaru karena memang waktu itu belum keluar. 

Nyatanya, perencanaan struktur bangunan dengan peraturan lamapun dapat menghasilkan bangunan yang ok-ok saja. Apalagi kalau digunakan peraturan baru, yang harapannya tentu akan lebih baik.
Selanjutnya saya tanyakan apakah tidak ada yang retak pada bangunan-bangunan pabrik tersebut. Bapak Supartono menjelaskan ada juga struktur yang menunjukkan retak, sambil menunjukkan foto bagian strutur yang dimaksud. Meskipun retak tetapi bagian beton bagian dalam, yang terbungkus stirrup dan tulangan memanjang ternyata tetap solid. Retak atau yang mengalami spalling adalah penutup beton di luarnya. Intinya struktur masih bisa diperbaiki dengan injeksi grouting. 

Selanjutnya beliau menjelaskan, retak tersebut terletak di bagian atas bangunan, dimana ada balok yang tidak menerus karena posisinya mengganggu penempatan mesin. Waktu perencanaannya dulu sebenarnya sudah diusahakan agar menerus, tapi persyaratan mesin tidak dapat diganggu gugat. Jadi kekuatiran yang dulu jadi terbukti (retak). Pengalaman ini jelas penting untuk diingat, bahwa salah satu unsur yang membuat suatu bangunan tahan gempa adalah jangan ada suatu detail atau konfigurasi struktur yang tiba-tiba berubah, usahakan smooth. Kalaupun ada balok usahakan menerus mengeliling elevasi lantainya.

----------------
NB :
Jika ingin mencopy Artikel ini, mohon cantumkan juga sumbernya. Kami menghargai Anda, sebagaimana Anda juga menghargai Kami. Terima kasih