Kamis, 28 Juli 2011

Perencanaan Jalan Beton Akses Jogja- Gunung Kidul

Beban kendaraan kelas berat yang sering melewati dan berhenti di Pendekat Utara Simpang Jalan Wonosari, Ring Road Timur menyebabkan kerusakan pada jalan aspal, seperti lendutan, retakan, dan jalan aspal yang mengelupas. Kasus tersebut harus segera diatasi untuk mencegah kerusakan yang diperkirakan akan semakin parah. Lokasi yang dimaksud ditunjukkan pada Gambar 1.


Gambar 1. Lokasi Jalan Beton yang akan Direncanakan

Berikut ini adalah keadaan jalan yang mengalami kerusakan :

Gambar 2. Ruas Jalan yang Dilalui Kendaraan Berat
Gambar 3. Jalan Aspal yang Tergerus karena Gesekan Rem

Gambar 4. Jalan Aspal yang Mulai Terkelupas

Gambar 5. Jalan Aspal yang Retak dan Terkelupas

Metode perencanaan yang pertama dilakukan adalah dengan menganalisis panjang dan lebar jalan aspal yang akan direncanakan menjadi jalan beton, kemudian mensurvei jumlah kendaraan yang melewati  jalan tersebut, terutama untuk kendaraan kelas berat dengan bobot melebihi lima ton, seperti : Truk 3 as, kontainer, dan truk gandeng. Berikut adalah Tabel data lalu lintas yang telah didapatkan :

Waktu

Jenis Kendaraan

LV
MV
MC

Mobil

Pick Up

Truk Kecil

Bus

Truk 2 as

Truk 3 as

Sepeda Motor

4 jam

490

171

218

158

140

101

1496

VJP
123
43
55
40
47
26
374

Keterangan :
VJP  (volume jam kendaraan), yaitu jumlah lalu lintas yang direncanakan akan melintasi suatu penampang jalan selama 1 jam untuk perencanaan.

Untuk rekapitulasi konfigurasi dan beban kendaraannya, dapat dilihat pada Tabel di bawah ini :

Jenis Kendaraan
Konfigurasi dan Beban
VJP
LHR
(VJP/ 15%)    
Jumlah Sumbu
Mobil Penumpang
(1 + 1) ton   =   2 ton
123
820
-
Bus
(3 + 5) ton   =   8 ton
40
267
533
Truk 2 as
(2 + 4) ton   =   6 ton
47
313
627
truk 3 as
(6 + 14) ton = 20 ton
26
173
346




Tahap Perencanaan :

1. Data Teknis
       Data teknis jalan beton yang akan direncanakan adalah sebagai berikut :
       a.    Umur rencana                                               =  20 tahun   
       b.    Tebal Pondasi bawah (dengan batu pecah)    =  15 cm
       c.    Faktor  gesekan pondasi                               =  1,5 (batu pecah)
       d.    MR beton                                                     =  40 kg/ cm3
       e.    Fs BJTU 39                                                  =  3390 kg/ cm3
       f.    Pertumbuhan lalu lintas                                   =  5% per tahun
       g.    Peranan Jalan                                                =  arteri
       h.    Koefisien distribusi jalur                                 =  0,7 (2 jalur 1 arah)

2. Perencanaan Tebal Plat Beton

1.    Menghitung Jumlah Kendaraan Niaga (JKN) selama umur rencana (20 tahun).
JKN      = 365 x JKNH x R
JKNH   = jumlah bus + jumlah truk 2 as + jumlah truk 3 as
             = 267 + 313 + 173
             = 753 kendaraan


Sehingga diperoleh
JKN   = 365 x JKNH x R
          = 365 x 753 x 33,06  
          = 9.092.035 kendaraan

2.      Menghitung Jumlah Sumbu Kendaraan Niaga Harian (JSKNH) dan Jumlah Sumbu Kendaraan Niaga (JSKN) selama umur rencana (20 tahun).
JSKN   JSKN =  365 x JSKNH x R
JSK      JSKNH    =  sumbu  bus + sumbu truk 2 as + sumbu truk 3 as
                              =  533 + 627 + 347 =  1507
SehinSehingga diperoleh
JSKN   JSKN  =  365 x JSKNH x R
                        =  365 x 1507x 33,06
                        =  18.184.071 kendaraan

3.      Menghitung persentase masing- masing beban sumbu dan jumlah repetisi yang akan terjadi selama umur rencana (20 tahun). Perhitungan ditunjukkan dalam Tabel 5.3.
Tabel Persentase Beban Sumbu dan Jumlah Repetisi Selama Umur Rencana (20 Tahun).
Konfigurasi Sumbu
Volume
Beban Sumbu (ton)
% Konfigurasi sumbu*
Jumlah Repetisi**
STRT (truk 2 as)
313
2
3,11 %
19,85 x 104
STRT (bus)
267
3
2,65 %
16,89 x 104
STRG (truk 2 as)
313
4
3,11 %
19,85 x 104
STRG (bus)
267
5
2,65 %
16,89 x 104
STRT (truk 3 as)
173
6
1,46 %
9,29 x 104
STRG (truk 3 as)
173
14
1,46 %
9,29 x 104
  
4.      Perhitungan tebal pelat beton ditunjukkan dalam Tabel 5.4 dan 5.5.

3. Perencanaan Tulangan
    A. Tulangan Melintang

Maka dipakai 2 tulangan → 2D10 – 500 mm.
Karena berdasarkan peraturan penulangan untuk arah melintang harus berjarak 300 ± 50 mm, maka digunakan 2D10- 250 mm.


B. Tulangan Memanjang













Maka penggunaan tulangan memanjang adalah 7D12 – 150 mm.
Gambar penulangan tiap segmen diunjukkan pada Gambar di bawah ini.


Gambar 8. Perencanaan Tulangan Setiap Segmen

Rencana pembetonan setiap segmen ditunjukkan pada Gambar di bawah ini.

 Gambar 9. Rencana Pembetonan Setiap Segmen

Dari hitungan yang telah dilakukan diperoleh lapisan perkerasan beton dengan tebal 150 mm dan penulangan arah melintang sebesar D10 – 250 mm serta penulangan untuk arah memanjang diperoleh sebesar D12 – 150 mm. Berikut ini ilustrasi Jalan Aspal sebelum dan setelah dirubah menjadi Jalan Beton.

Gambar 10. Jalan Aspal di Ring Road Timur sebelum diubah menjadi Jalan Beton

 Gambar 11. Jalan Aspal di Ring Road Timur setelah diubah menjadi Jalan Beton

Untuk mendownload Perencanaan Jalan Beton ini, yang berisi hitungan lengkap dan laporannya silahkan klik disini. Untuk perhitungan otomatis dengan Spread Excell bisa didownload disini . Dan untuk presentasinya, silahkan download disini. Eeitts...!! Semuanya GRATISSS lohh... Wah, baik amaat yaaa... Coba deh, minta sama Perencana Struktur yang lain, biasanya sih ga dikasih, alasannya : "Maaf, ini rahasia dapur perusahaan". hahahahahahahaha...

Semoga Bermanfaat....



----------------
NB :
Jika ingin mencopy Artikel ini, mohon cantumkan juga sumbernya. Kami menghargai Anda, sebagaimana Anda juga menghargai Kami. Terima kasih
Muhammad Miftakhur Riza

Sabtu, 23 Juli 2011

Prospek Kerja Civil Engineer di Industri Oil dan Gas

Tulisan ini terinspirasi dari teman- teman saya lulusan sipil yang telah diterima di perusahaan oil dan gas, seperti : Chevron, Pertamina, dan Szclumberger. Bagi para Civil Engineer yang terbiasa terlibat dalam proyek gedung, jembatan, dan jalan mungkin akan bertanya : “Apa yang bisa dikerjakan oleh lulusan teknik sipil di industri oil and gas, yang sesuai bidang ilmunya ?”.

Hampir setiap aktivitas di sektor industri oil dan gas memerlukan sarjana lulusan teknik sipil. Semua aktivitas tersebut memerlukan fasilitas ruang, fasilitas ruang inilah yang menjadi tugas lulusan teknik sipil untuk menyediakannya, baik bekerja sebagai perancang (konsultan), pelaksana (kontraktor) ataupun pengawas pelaksanaan (konsultan pengawas).

Di sektor industri oil and gas, khususnya perusahaan – perusahaan yang dikenal sebagai owner (pertamina dan kontraktor production sharing), lulusan teknik sipil paling banyak kita temukan berkarir pada dua departemen yaitu Facility Engineering Department serta Supply Chain Management Department.
Apa itu…? Nah, berikut penjelasannya…..

Facility Engineering Department

Garis besar tugas dari facility engineering adalah menyiapkan semua fasilitas yang dibutuhkan perusahaan untuk menjalankan aktifitas produksinya, mulai dari sumur gas / minyak sampai minyak / gas tersebut siap untuk diexport. Fasilitas tersebut berupa pipa penyalur gas / minyak (flow line, trunk line serta pipe line), pabrik pengolahan minyak/gas (plant), pelabuhan (port), jalan (acces road), termasuk didalamnya fasilitas pendukung yang dibutuhkan oleh karyawan untuk menjalankan semua aktifitas tersebut berupa camp perumahan, mess hall, sport hall serta fasilitas lainnya.

Item – item pendukung tersebut (pondasi, pelabuhan dll) merupakan pekerjaan yang harus ditangani oleh sarjana lulusan teknik sipil mulai dari perancangan, konstruksi serta pengawas pelaksanaan. Di sini, seorang civil engineer harus bisa bekerja sama dengan disiplin Engineer lainnya, karena hasil rancangan yang dihasilkan merupakan satu kesatuan. Apabila salah satu pekerjaan dari satu disiplin Engineer keliru atau salah maka akan mengakibatkan disiplin Engineer lainnya akan salah pula. Sehingga fasilitas tersebut tidak dapat digunakan untuk produksi, misalnya : 
  • Satu vessel berupa separator, equipment ini dirancang oleh mechanical Engineer dan akan di install diatas pondasi yang dirancang oleh civil engineer, apabila tidak ada koordinasi yang baik diantara keduanya tentunya equipment tersebut tidak dapat terinstall dengan baik.

    • Untuk fasilitas plant (onshore / didarat) , disana terdapat banyak equipment berupa mesin baik pompa, compressor dll, serta vessel dan system perpipaan, semua equipment tersebut memerlukan pondasi sebagai dudukan, shelter sebagai pelindung, rak pipa serta fasilitas platform untuk mendukung pekerjaan operasional serta maintenance atau perawatan.
      Ada benarnya, selama kuliah di jurusan teknik sipil, dosennya lebih banyak memberi contoh aplikasi bangunan- bangunan publik, misalnya high-rise building, jembatan, bendungan, pelabuhan umum serta bangunan publik lainnya. Hal ini berdampak sehingga para lulusanya hampir tidak pernah berpikir untuk bekerja di industri oil and gas. Mereka langsung tertuju pada perusahaan – perusahaan BUMN yang bergerak di bidang jasa konstruksi publik seperti PT. Hutama Karya, Adhi Karya, Wika, Jaya Konstruksi, Pembangunan Perumahan. dll.

      Padahal… Banyak juga loh perusahaan kontraktor yang bergerak di sektor industri oil and gas, misalnya : PT. Inti Karya Persada Teknik, PT. Kelsri, PT, Kellog Brown & Root, serta Technip terasa asing bagi fresh graduate lulusan teknik sipil.

      Penulis berharap, tulisan ini dapat membuka wawasan mahasiswa teknik sipil, sehingga ke depannya : orientasi mencari pekerjaan tidak terbatas hanya pada konsultan atau kontraktor bangunan public, tetapi mulai melirik ke konsultan serta kontraktor bahkan owner di dunia industri oil & gas, sehingga sejak dini mempersiapkan diri kesana. Penting untuk diketahui bahwa rate salary yang diberikan perusahaan di dunia industri oil & gas lebih layak dibandingkan dengan perusahaan di sektor public (dengar- dengar awal kerja aja gajinya udah nyampe 10 digit. Hehehehhehehe...) Tapi itu gaji yang setimpal, saat kita ditugaskan di lepas pantai sampai berbulan- bulan... Wah, bisa jamuran juga yaa...



      Apa yang harus disiapkan untuk menjadi Engineer di sektor industri oil & gas?
      Apa bedanya dengan menjadi Civil Engineer di sector public ?

      Sektor industri oil and gas di Indonesia masih banyak diramaikan oleh perusahaan – perusahaan asing, baik sebagai owner maupun konstruktor (perusahaan EPC, Engineering Procurement & Construction), sehingga spesifikasi pekerjaan yang disyaratkan merujuk ke negara-negara pemegang saham dari perusahaan tersebut, misalnya Amerika. Perencanaan beton merujuk ke ACI-318 (American Concreate Institute), struktur baja merujuk ke AISC (American Institute of Steel Construction), peraturan pembebanan merujuk ke ASCE 7 (American Society of Civil Engineers) dan peraturan-peraturan lainnya seperti ANSY dan API.

      Untuk itu para mahasiswa yang tertarik, maka sebaiknya akan membiasakan diri dengan peraturan-peraturan tersebut, sehingga tidak asing lagi saat bekerja. Terimakasih ya buat Pak Wir atas sharing pengalaman dan ilmunya… Berikut saya tunjukkan beberapa contoh Projects Offshore kiriman dari teman saya :










      Naah, ketahuan kaan... Kalo jasa Civil Engineer sangat diperlukan untuk membangun itu semua.