Author : UnknownTidak ada komentar
SEPUTARKUDUS.COM, DERSALAM - Suara gendang kecil yang dipukul dengan kayu terdengar “dung dung dung” dari arah barat Gang Mawar, Desa Dersalam, Bae, Kudus. Nampak seorang pria berjalan sambil menggendong monyet dan perlengkapan pertunjukan. Pria itu tak lain adalah Hasim Parno (63), dia mengaku sudah sekitar 50 tahun menjalani pekerjaannya mempertunjukkan topeng monyet keliling.
Hasim berjalan kaki keliling menawarkan pertunjukan topeng monyet di Kudus. Foto: Ahmad Rosyidi |
Hasim, begitu dia akrab disapa, sudi berbagi kisah kepada Seputarkudus.com tentang pekerjaannya. Di menceritakan, dirinya sudah 50 tahun menghibur siapa saja dengan pertunjukan topeng monyet. Bahkan dirinya pernah sampai ke Aceh. Saat masih muda dia mengaku jarang pulang karena berkeliling di daerah-daerah yang jauh. Tetapi karena saat ini usainya tidak muda lagi dia hanya berkeliling di Kudus, Jepara, Pati, dan Semarang.
“Saya sudah sekitar 50 tahun bekerja seperti ini, sudah sejak kecil. Dulu waktu saya masih muda sampai jarang pulang, keliling pindah-pindah daerah. Aceh, Tanjungpinang, Batam, Pekanbaru, Palembang, Jakarta juga pernah. Pokoknya saya keliling sampai daerah jauh hingga jarang pulang,” ungkap warga Desa Singorojo, Mayong, Jepara itu.
Selama 50 tahun, Hasim mengaku sudah enam kali ganti monyet. Dia membeli monyet dari pasar Wergu Kudus, kemudian dia latih agar bisa melakukan hal-hal yang akan dipertunjukan. Saat melatih dia juga mengaku ada beberapa yang susah, ada juga yang gampang dan cepat bisa. Selain monyet, dia juga membawa ular untuk pertunjukannya.
“Monyet juga ada yang pintar dan yang bodoh seperti manusia, kalau bodoh ya lama dilatihnya. Ular saya tidak beli, lihat dijalan saya pegang saja,” jelas Hasim.
Saat berjalan tiba-tiba langkah Hasim terhenti, terdengar suara triakan anak kecil memanggilnya. Setelah beberapa menit menuggu di dekat rumah, akhirnya dia berjalan lagi karena orang tua anak itu tidak mau keluar rumah. Hasim menjelaskan bahwa pertunjukan topeng monyet saat ini sudah sepi peminat.
Dia mempertunjukan topeng monyet mulai harga Rp 100 hingga sekarag menjadi Rp 10 ribu untuk sekali pertunjukan. Hasim merasa pertunjukan topeng monyet saat ini sudah jarang diminati. Terkadang ada anak yang ingin melihat pertunjukan monyet, tetapi orang tuanya tidak mengizinkan. Meski begitu dirinya merasa tidak ada pilihan lain karena sudah terbiasa dengan pekerjaannya itu.
“Ya seperti ini, sekarang sering sepi. Dari pagi hingga siang ini baru dua kali yang mempertunjukkan topeng monyet, lumayan saya bisa beli makan. Biasanya saya berangkat pukul 7.30 WIB dan nanti pulang pukul 17.00 WIB,” katanya.
Artikel Terkait
Posted On : Jumat, 09 Desember 2016Time : 00.24