Author : UnknownTidak ada komentar
SEPUTARKUDUS.COM, JEPANG – Di sisi utara Masjid Wali Al-Makmur (Masjid Wali), Desa Jepang, Kecamatan, ribuan warga mengantre di dalam dan luar masjid Rebo Wekasan, Selasa (29/11/2016). Mereka hendak meminta air dari masjid tersebut, yakni Air Salamun. Air itu diyakini warga dapat menjadi perantara tolak balak dan obat kesembuhan.
![]() |
Ribuan warga mengambil Air Salamun di Masjid |
Di antara warga yang datang untuk mengambil air yakni Soleh, selain dipercaya menjadi perantara kesembuhan dan tolak balak, menurutnya air tersebut terasa lebih segar ketimbang air pada umumnya. Dia mengaku pernah membuktikan, saat air Salamun disimpan beberapa minggu, rasa segar air tersebut masih terasa seperti ketika baru diambil.
"Entah kenapa ya, air tersebut terasa segar walau saya simpan beberapa pekan. Rasanya berbeda dengan air-air yang pernah saya minum," ungkapnya saat ditemui di Masjid Wali Al-Makmur Desa Jepang, Kecamatan Mejobo, Kudus.
"Entah kenapa ya, air tersebut terasa segar walau saya simpan beberapa pekan. Rasanya berbeda dengan air-air yang pernah saya minum," ungkapnya saat ditemui di Masjid Wali Al-Makmur Desa Jepang, Kecamatan Mejobo, Kudus.
Selain mempunyai rasa berbeda, dia mempercayai air tersebut bisa menjadi perantara kesembuhan bagi orang yang meminumnya. Menurutnya, saat malam rabu akhir di bulan Safar atau Rebo Wekasan, banyak warga dari Kudus maupun luar Kudus berbondong-bondong berdatangan untuk mendapatkan air tersebut. " Ini soal kepercayaan saja," tambahnya yang beralamat di Desa Jepang.
Senada dengan Soleh, warga Ngembal yang datang untuk mengambil air, Sri, juga mempunyai kepercayaan serupa. Dia nampak membawa lima plastik besar berisi air yang menurutnya akan diberikan kepada keluarga dan tetanggnya. Menurutnya, sejak pukul 17.00 WIB dia sudah berada di Masjid Wali Jepang untuk mengantri mendapatkan air Salamun. Dia menuturkan, Air Salamun tersebut dipercayanya dapat menjadi obat mujarab bagi segala penyakit. "Namun yang menentukan sembuh tidaknya Allah. Saya hanya berikhtiar," jelasnya.
Nadhir Masjid Wali Al-Makmur Muhammad Ridwan menuturkan, saat Rabu akhir Safar memang banyak warga berdatangan untuk mendapatkan air Salamun. Menurutnya, pada hari tersebut Allah menurunkan 320 ribu balak dan musibah. Sebagai manusia sepatutnya berikhtiyar supaya tidak mendapatkan balak maupun musibah. “Tradisi ini sudah ada sejak zaman Wali Songo. Kita diamanahi untuk menjaga tradisi tersebut,” tuturnya.
Dia menerangkan, air Salamun yang diberikan warga bersumber dari mata air sumur yang berada di kawasan Masjid Wali Jepang. Air sumur tersebut dicampur air khataman Al-Quran Bil Ghoib dan Bin Nadhor, serta rajah Rebo Wekasan. “Nanti juga dibacakan lafald Salamun, Salamun Qoulam mir Robbir Rohim tujuh kali dan doa tolak balak,” jelasnya.
Dalam pembagiannya, terdapat delapan ribu plastik yang diisi air Salamun lima liter setiap plastiknya. Menurutnya, antrian panjang akan berlanjut sampai pukul 10.00 malam. Setelah itu biasanya ada orang-orang yang membawa galon sendiri untuk mengambil air Salamun. “Ini hanya perantara saja. Jika ingin selamat banyak-banyak berdoa dan beramal,” tambahnya.
Dalam pembagiannya, terdapat delapan ribu plastik yang diisi air Salamun lima liter setiap plastiknya. Menurutnya, antrian panjang akan berlanjut sampai pukul 10.00 malam. Setelah itu biasanya ada orang-orang yang membawa galon sendiri untuk mengambil air Salamun. “Ini hanya perantara saja. Jika ingin selamat banyak-banyak berdoa dan beramal,” tambahnya.
Artikel Terkait
- Soleh: Selain untuk Tolak Balak, Air Salamun Memiliki Keistimewaan Tetap Segar Meski Disimpan Lama
- Nugroho, Siswa SMA 1 Mejobo Kudus Ngos-ngosan Usai Bermain Gobak Sodor di Lapangan Sekolah
- Eni Mardiyanti: Hingga Agustus Lalu Ada 69 Penderita HIV/AIDS di Kudus, 60% Laki-laki
- Enak Ya, Cuma Tukar Baju, Buku Bekas dan Nulis Status Dapat Pertalite Gratis dari Pertamina
- Salim Waswas Saat Terdengar Teriakan dari Ruangan Khitan Masal yang Diselenggarakan YM3SK
- Bagi Anak-Anak Ini, Mbah Khamsin dan Mbah Rudipah Pembuat Caping Kalo, Pahlawan Masa Kini
- Santri Berprestasi Tapi Tak Punya Biaya, Sekolah Saja di SMK Assa'idiyyah 2 Kudus
- Mbah Kamsin, Pembuat Caping Kalo untuk Pakaian Adat Kudus yang Masih Tersisa
- Masjid ukuran 10 x 10 m dengan konstruksi atap beton
- Inilah Sejarah Munculnya Maulidan Jawiyan Khas Desa Padurenan Pada Perayaan Maulid
- Demi Keluarga, Jek Tak Malu Setiap Hari Berjalan Kaki dengan Dandanan Wayang Orang Menjadi Pengamen
- Meski Punya Pekerjaan Tetap, Eko Tak Keberatan Nyambi Jualan Es Pelangi di Loram Expo 2016
- Safitri Baru Tahu Di Loram Ada Produksi Pembuatan Baju dan Boneka Setelah Lihat Festival Ampyang Maulid
- Aidil Sempat Tak Sabar Ikuti Kirab 1.000 Obor Desa Padurenan Rayakan Maulid Nabi Muhammad SAW
Posted On : Kamis, 01 Desember 2016Time : 00.50