Author : UnknownTidak ada komentar
SEPUTARKUDUS.COM, JETIS KAPUAN - Di depan bangunan di tepi Jalan Kudus-Purwodadi, Desa Jetis Kapuan RT 3 RW 1, Kecamatan Jati, Kudus, tampak tumpukan kayu jati yang sebagian sudah diukir. Terlihat tiga pria sedang melakukan proses pembuatan gebyok. Tempat produksi gebyok rumah adat Kudus bernama Gong Sekaten itu milik Malikan (50). Sekitar 20 tahun lalu, dia keluar dari tempatnya bekerja dan mengembangkan usaha tersebut.
Malikan membersihkan gebyok hasil produksi usahanya di Jetis Kapuan, Jati, Kudus. Foto: Ahmad Rosyidi |
Kepada Seputarkudus.com, Malikan mengungkapkan, sebelum menekuni usaha pembuatan gebyok, dirinya bekerja sebagai tukang ukir. Sekitar 20 tahun lalu, dia memutuskan untuk keluar dari pekerjaannya dan memilih untuk membuka usaha pembuatan gebyok secara mandiri.
"Setelah memutuskan untuk menekuni usaha secara mandiri, saya tidak langsung membuka usaha pembuatan gebyok. Awalnya saya hanya menerima pesanan ukiran. Setelah memiliki modal cukup, saya baru berani memulai pembuatan gebyok, karena biayanya cukup mahal," ujar Malikan kepada Seputarkudus.com belum lama ini.
Dia menceritakan, pada awal memulai usaha, dirinya mengaku kesulitan memasarkan produk gebyok rumah adat Kudus. Seiring berjalannya waktu, produk buatan Malikan cukup dikenal. Produk buatannya kini sudah terjual ke sejumlah daerah di Indonesia. Di antara beberapa daerah tersebut, yakni ke Bali, Bandung, Sumatra, Jakarta, Semarang, dan sejumlah daerah lainnya.
Dia juga menjelaskan, produk gebyok yang dia buat kebanyakan berbahan kayu jati lama. Dia membeli kayu tersebut dari bongkaran rumah zaman dulu. Selain itu, dia juga menggunakan jati berumur muda. Namun Malikan memilih kayu jati berumur muda hanya dari Blora, yang kualitas kayunya bagus. Malikan lebih selektif memilih kayu untuk menjaga kualitas produk buatannya.
Untuk menjalankan usahanya saat ini, Malikan mengaku dibantu dua karyawan yang datang Gong Sekaten, dan 10 karyawan bagian ukir yang mengerjakan gebyok di rumah masing-masing. Untuk membuat satu gebyok dibutuhkan waktu cukup lama.
"Misalnya gebyok untuk pintu gapura membutuhkan waktu satu setengah bulan, joglo tiga bulan, gazebo ukuran 2x3 meter membutuhkan waktu dua setengah bulan, dan gebyok ukuran 10 meter membutuhkan waktu sekitar enam bulan," tutur warga Undaan Kidul, Kecamatan Undaan.
Malikan merinci harga produk buatannya. Untuk gebyok lurus biasanya dia jual dengan harga Rp 250 juta, gebyok later U Rp 380 juta, joglo Rp 400 juta, pintu gapura Rp 30 juta, dan gazebo ukuran 2x3 meter Rp 40 juta.
“Untuk membuat rumah gebyok adat Kudus memang mahal, satu rumah minimal butuh dana 2,5 miliar. Sekali menjual produk juga untungnya Rp 20 juta hingga Rp 30 juta. Tetapi ya dibagi proses pembuatan yang lama,” terangnya.
Artikel Terkait
Posted On : Kamis, 27 Oktober 2016Time : 00.39