Author : UnknownTidak ada komentar
SEPUTARKUDUS.COM, PASURUAN LOR – Awan hitam tampak pekat saat sejumlah orang tergesa-gesa mengambil kerupuk mentah di atas anyaman bambu, di depan rumah di Desa Pasuruan Lor RT 2 RW 4, Kecamatan jati, Kudus. Rumah tersebut milik Aris Susanto dan Alexander Bambang Suryo Jatmiko (28), produsen kerupuk merek Koko yang baru satu setengah tahun menjalankan usaha. Dengan modal awal Rp 1 miliar, kini omzet mereka mencapai Rp 100 juta per bulan.
Di tengah kesibukannya memproduksi kerupuk pesanan dari pelanggan, Acong, begitu Aris Susanto akrab disapa, sudi berbagi cerita tentang usaha yang dia jalankan bersama rekannya. Usahanya tersebut dimulai sejak 2015 lalu, atau sekitar satu setengah tahun. Modal yang dikeluarkan mencapai Rp 1 miliar.
“Modal yang saya kami keluarkan dulu Rp 1 miliar, untuk membeli alat, bahan baku dan membangun tempat. Sedangkan omzet, kami saat ini antara Rp 80 juta hingga Rp 100 juta per bulan,” ujar Acong kepada Seputarkudus.com, belum lama ini.
Dia menjelaskan, bahan kerupuk buatannya terdiri dari tepung tapioka yang dicampur dengan bumbu rahasia. Semua bahan baku pembuatan kerupuk dia beli di Kudus.
Pria yang menyandang gelar Sarjana Psikologi di Universitas terkemuka di Indonesia ini mengatakan, pemasaran kerupuk dilakukan dengan cara tradisional outlet dan modern outlet. Tradisional outlet yakni menawarkan produk ke sejumlah warung makan, sedangkan modern outlet dengan cara promosi langsung ke instansi-instansi maupun perusahaan. “Pelanggan kami kebanyakan dari wilayah Kudus,” ungkapnya.
Dia menambahkan, setiap satu blek kerupuk dia banderol seharga Rp 20 ribu, berisi 50 kerupuk. Untuk satuan, harga kerupuk yang ditawarkan seharga Rp 400. Saat ini, dengan dibantu tujuh karyawan, dalam sehari pihaknya mampu memproduksi kerupuk sebanyak 1.000 biji.
Sementara itu, Alexander Bambang Suryo Jatmiko mengungkapkan, keunggulan kerupuk buatannya terletak pada aroma bawangnya yang khas. Saking khasnya, pelanggannya sering menyamakan rasanya seperti Sarimi, ada juga yang menyebut seperti snack Taro.
"Kadang kalau pelanggan itu datang, kami sering menyapa dia dengan panggilan Pak Sarimi,” ungkap Alex, pria kelahiran Kabupaten Klaten waktu ditemui di tempat produksi.
Alex yang mengaku hanya lulusan Sekolah Menengah Atas (SMA) ini menceritakan, sebelum menjadi pengusaha kerupuk, dia bekerja sebagai karyawan di Polytron. Dia memilih membuat kerupuk, karena setiap orang butuh makan krupuk, dan produk yang dia buat pasti akan mudah dijual. “Kerupuk itu semua orang butuh, kan makan tanpa kerupuk terasa kurang komplit,” ujarnya.
![]() |
Karyawan menata kerupuk mentah usai di jemur. Foto: Sutopo Ahmad |
Di tengah kesibukannya memproduksi kerupuk pesanan dari pelanggan, Acong, begitu Aris Susanto akrab disapa, sudi berbagi cerita tentang usaha yang dia jalankan bersama rekannya. Usahanya tersebut dimulai sejak 2015 lalu, atau sekitar satu setengah tahun. Modal yang dikeluarkan mencapai Rp 1 miliar.
“Modal yang saya kami keluarkan dulu Rp 1 miliar, untuk membeli alat, bahan baku dan membangun tempat. Sedangkan omzet, kami saat ini antara Rp 80 juta hingga Rp 100 juta per bulan,” ujar Acong kepada Seputarkudus.com, belum lama ini.
Dia menjelaskan, bahan kerupuk buatannya terdiri dari tepung tapioka yang dicampur dengan bumbu rahasia. Semua bahan baku pembuatan kerupuk dia beli di Kudus.
Pria yang menyandang gelar Sarjana Psikologi di Universitas terkemuka di Indonesia ini mengatakan, pemasaran kerupuk dilakukan dengan cara tradisional outlet dan modern outlet. Tradisional outlet yakni menawarkan produk ke sejumlah warung makan, sedangkan modern outlet dengan cara promosi langsung ke instansi-instansi maupun perusahaan. “Pelanggan kami kebanyakan dari wilayah Kudus,” ungkapnya.
Dia menambahkan, setiap satu blek kerupuk dia banderol seharga Rp 20 ribu, berisi 50 kerupuk. Untuk satuan, harga kerupuk yang ditawarkan seharga Rp 400. Saat ini, dengan dibantu tujuh karyawan, dalam sehari pihaknya mampu memproduksi kerupuk sebanyak 1.000 biji.
Sementara itu, Alexander Bambang Suryo Jatmiko mengungkapkan, keunggulan kerupuk buatannya terletak pada aroma bawangnya yang khas. Saking khasnya, pelanggannya sering menyamakan rasanya seperti Sarimi, ada juga yang menyebut seperti snack Taro.
"Kadang kalau pelanggan itu datang, kami sering menyapa dia dengan panggilan Pak Sarimi,” ungkap Alex, pria kelahiran Kabupaten Klaten waktu ditemui di tempat produksi.
Alex yang mengaku hanya lulusan Sekolah Menengah Atas (SMA) ini menceritakan, sebelum menjadi pengusaha kerupuk, dia bekerja sebagai karyawan di Polytron. Dia memilih membuat kerupuk, karena setiap orang butuh makan krupuk, dan produk yang dia buat pasti akan mudah dijual. “Kerupuk itu semua orang butuh, kan makan tanpa kerupuk terasa kurang komplit,” ujarnya.
Artikel Terkait
- Seniman Grafiti Asal Purworejo Ini Lampiaskan Kegalauan Melalui Cat dan Tembok di Dekat JHK Kudus
- Inilah Daftar Laptop Terlaris di Xoxo Computer Kudus hingga Akhir Tahun 2016
- Karyawan Inova Printer: Canon Paling Laris, Tapi untuk Jangka Panjang Epson, Brother, Fuji Xerox, Lebih Oke
- Aksesoris Bros Al Diar Berbahan Alklirik Laris Manis Dibeli Pengunjung Kudus Trade Show 2016
- Baru Merintis Produksi Gaun Pesta, Amel Ketagihan Ikuti Pameran Serupa Kudus Trade Show 2016
- Toko Sandal Lucu di Kudus Tiga Tahun Dirintis Kini Memiliki 80 Reseller dengan Omzet Rp 20 Juta Sebulan
- Pria Tak Lulus SD Ini Bisa Bangun Rumah Bertingkat dan Beli Mobil Hasil Berjualan Bakso Bakar
- 35 Tahun Berjalan Kaki Menjual Kerupuk, Dalhar Tetap Bersyukur Meski Tak Jarang Dipalak Orang
- Aris Buka Jasa Perbaikan Lampu Hemat Energi Siang Hari di Pasar Bitingan Karena Sedikit Saingan
- Saking Larisnya, Toko ARS sering Kehabisan Stok Klakson Telolet, Banyak Pembeli Pulang dengan Tangan Hampa
- Usaha Kerupuk di Pasuruan Lor Ini Bermodal Rp 1 M, Baru Satu Setengah Tahun Omzetnya Rp 100 Juta Sebulan
- Demi Bisa Menjual Habis Dagangannya, Penjual Siwalan Asal Ngemplak Ini Harus Berjualan Sejak Pagi Hingga Sore
- Tak Ingin Membebani Keluarga, Mahasiswa Tingkat Akhir STAIN Kudus Ini Rela Berjualan Kerang Setiap Malam
- Kiss, Perempuan Asal Cluwak Pati Ini Coba Peruntungan di Kota Kretek Jual Batik Tulis Bakaran Khas Pati
Posted On : Kamis, 27 Oktober 2016Time : 03.47