Nugroho, Siswa SMA 1 Mejobo Kudus Ngos-ngosan Usai Bermain Gobak Sodor di Lapangan Sekolah

Author : UnknownTidak ada komentar

SEPUTARKUDUS.COM, JEPANG – Sejumlah siswa mencoba menghidar dari hadangan penjaga garis. Mereka berupaya mengecoh penjaga garis saat bermain Gobak Sodor lapangan serba guna SMA 1 Mejobo Seorang siswa tampak gesit melewati empat penjaga garis menuju garis finish meski bertubuh kecil.
permainan gobak sodor
Sejumlah siswa SMA 1 Mejobo Kudus bermain Gobak Sodor di lapangan. Foto: Imam Arwindra


Dengan tubuh yang penuh keringat, laki-laki bernama Muhammad Nugroho tersebut mengaku timnya baru saja memenangkan pertandingan. Menurutnya, ada enam tim yang telah dikalahkannya. “Main Gobak Sodor seperti berolahraga. Ini keringat saya keluar semua,” ungkap Nugroho sambil ngos-ngosan.

Nugroho memberitahukan, permainan tradisional yang dimainkannya diadakan untuk memperingati HUT SMA 1 Mejobo ke-21. Menurutnya, permainan Gobak Sodor sudah semakin hilang karena tidak ada yang memainkannya. Hal tersebut disebabkan karena era modernisasi yang memunculkan banyak permainan-permainan digital. “Semoga permainan ini terus dimainkan agar tidak hilang. Bermain Gobak Sodor sekaligus berolahraga,” jelasnya.

Dalam permainan tersebut timnya terdapat enam orang dimana yang bermain 4-5 orang dan satu menjadi cadangan. Dia yang mewakili kelas 11 IPS 2 mengaku ada strategi khusus untuk bisa memenangkan permainan. Menurutnya, tim dalam permainan ini harus kompak dan satu kordinasi agar strategi yang telah direncanakan bisa berjalan dengan baik. 

Menurutnya permainan yang punyai nama lain Hadang tersebut dimainkan dua tim sebagai penjaga dan yang berlari atau lawan. Dikatakan menang jika ada salah satu lawan dapatmencapai garis finish tanpa keluar garis dan tersentuh oleh penjaga. Namun akan kalah jika salah satu lawan terkena penjaga atau keluar dari garis. “Ini lapangannya lapangan serba guna yang dibuat dari cor semen. Garisnya menggunakan lakban. Ada empat orang yang berjaga,” terangnya.

Jamadi Humas SMA 1 Mejobo yang sedang mengawasi muridnya menuturkan, permainan tradisional tersebut diadakan supaya tidak punah. Menurutnya, permainan tersebut semakin ditinggalkan anak-anak untuk dimainkan. Menurutnya, konsep acara tersebut yang menentukan yakni siswa sendiri. “Jadi semua acara yang mengonsep dan melaksanakan yakni siswa sendiri. Supaya mereka berkreativitas,” ungkapnya.



Artikel Terkait

Posted On : Senin, 31 Oktober 2016Time : 01.27
SHARE TO :
| | Template Created By : Binkbenks | CopyRigt By : My Blog | |
close
Banner iklan disini
> [Tutup]