Author : UnknownTidak ada komentar
SEPUTARKUDUS.COM, JEPANG – Ratusan siswa terlihat seksama mengikuti penyampaian materi yang disampaikan perempuan berkacamata yang duduk di atas kursi. Sesekali dia berdiri saat memberi penjelasan penularan Human Immuno Deficiency Virus (HIV) yang berdampak terkena Acquired Immuno Deficiency Syndrome (AIDS).
Selain itu juga tentang bahaya penggunaan narkoba dan seks bebas. Dia juga mengungkapkan jumlah penderita HIV/AIDS di Kudus yang hingga Agustus lalu mencapai 69 penderita. Perempuan tersebut duduk bersama seorang perempuan berkrudung coklat dan laki-laki yang masih mengenakan pakaian dinas harian.
Dia, yakni Eni Mardiyanti narasumber penyuluhan HIV/AIDS saat peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) SMA 1 Mejobo ke-21. Dia menjelaskan, perbandingan antara laki-laki dan perempuan yang terkena HIV/AIDS yakni lebih banyak laki-laki karena mencapai 60 persen. Dalam bulan Januari-Agustus tahun 2016 di Kudus, terdapat 69 penderita HIV/AIDS.
![]() |
Eni Mardiyanti menyampaikan materi terkait bahaya HIV/AIDS di aula SMA 1 Mejobo. Foto: Imam Arwindra |
Selain itu juga tentang bahaya penggunaan narkoba dan seks bebas. Dia juga mengungkapkan jumlah penderita HIV/AIDS di Kudus yang hingga Agustus lalu mencapai 69 penderita. Perempuan tersebut duduk bersama seorang perempuan berkrudung coklat dan laki-laki yang masih mengenakan pakaian dinas harian.
Dia, yakni Eni Mardiyanti narasumber penyuluhan HIV/AIDS saat peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) SMA 1 Mejobo ke-21. Dia menjelaskan, perbandingan antara laki-laki dan perempuan yang terkena HIV/AIDS yakni lebih banyak laki-laki karena mencapai 60 persen. Dalam bulan Januari-Agustus tahun 2016 di Kudus, terdapat 69 penderita HIV/AIDS.
Eni menyebutkan, pada Januari ada 11 orang penderita HIV/AIDS, Februari 2 orang, Maret 11 orang, April 12 orang, Mei 5 orang, Juni 12 orang, Juli 7 orang dan Agustus 9 orang. “Untuk Agustus laki-laki 5 orang dan perempuan 4 orang, HIV 2 orang dan AIDS 7 orang. Untuk September belum saya rekap,” tambahnya.
Menurutnya, orang yang terkena HIV akan mulai terasa sekitar usia 20 tahun. Saat mereka masih berusia 15-16 tahun, badan masih sehat dan belum melemah. Dia menuturkan, ada dua cara supaya virus tersebut tidak menular kepada orang lain. Dua cara itu yakni pencegahan supaya tidak terinveksi dan pencegahan supaya tidak menularkan.
"Caranya dengan tidak melakukan seks bebas dan menjauhi narkoba terutama yang memakai suntik. Selain itu sering melakukan donor darah supaya setiap saat bisa diketahui kondisi kesehatannya. Kami punya jargon say no to drug, no free sex,” jelasnya yang juga aktif di Kaukus Masyarakat Anti Narkoba (Kauman).
"Caranya dengan tidak melakukan seks bebas dan menjauhi narkoba terutama yang memakai suntik. Selain itu sering melakukan donor darah supaya setiap saat bisa diketahui kondisi kesehatannya. Kami punya jargon say no to drug, no free sex,” jelasnya yang juga aktif di Kaukus Masyarakat Anti Narkoba (Kauman).
Menurutnya, sudah lama dia konsentrasi pengawalan masyarakat yang terkena HIV/AIDS di Kudus. Dia mengaku akan terus mengawal orang yang terkena HIV (Odha) karena tugas kemanusiaan.
“Saya seorang ibu yang mempunyai dua anak. Saya harus peduli dengan mereka (Odha) karena ini tugas kemanusiaan,” ungkapnya saat ditemui usai kegiatan di aula SMA 1 Mejobo, Kudus, Selasa (25/10/2016).
Eni yang juga aktif sebagai kordinator Kelompok Dukungan Sebaya (KDS) menuturkan, orang yang terkena HIV juga ingin hidup normal seperti manusia pada umumnya. Namun kadang mereka dipandang sebelah mata karena terjangkit virus tersebut. Menurutnya, penularan HIV hanya bisa melalui hubungan seks, transfusi darah, jarum suntik dan susu ibu yang terjangkit HIV.
"Virus ini tidak bisa tertular lewat keringat, air ludah, bersin, atau penggunaan alat makan maupun handuk. Kami juga pendampingan kepada Odha maupun Ohida, orang yang hidup dengan Odha,” jelasnya.
"Virus ini tidak bisa tertular lewat keringat, air ludah, bersin, atau penggunaan alat makan maupun handuk. Kami juga pendampingan kepada Odha maupun Ohida, orang yang hidup dengan Odha,” jelasnya.
Dikatakan Eni, lewat Kelompok Dungan Sebaya, dia mendapingi para odha untuk terus memotivasi dan mengakses layanan terapi. Menurutnya, odha yang dikordinatorinya tingkat ekonomi menengah kebawah. Selain itu, sumber daya manusia tentang HIV/IADS masih kurang. “Karena peduli, akhirnya saya terjun mendampingi mereka,” tambahnya.
Artikel Terkait
- Santoso Pilih Tak Lanjut Sekolah untuk Jual Bakso Rindu Demi Biayai Pendidikan Dua Adiknya di Sukoharjo
- Yotin Pahabol, Beswan Djarum Asal Papua Sangat Antusias Belajar Membatik di GOR Jati PB Djarum Kudus
- Soleh: Selain untuk Tolak Balak, Air Salamun Memiliki Keistimewaan Tetap Segar Meski Disimpan Lama
- Nugroho, Siswa SMA 1 Mejobo Kudus Ngos-ngosan Usai Bermain Gobak Sodor di Lapangan Sekolah
- Eni Mardiyanti: Hingga Agustus Lalu Ada 69 Penderita HIV/AIDS di Kudus, 60% Laki-laki
- Bagi Anak-Anak Ini, Mbah Khamsin dan Mbah Rudipah Pembuat Caping Kalo, Pahlawan Masa Kini
- Santri Berprestasi Tapi Tak Punya Biaya, Sekolah Saja di SMK Assa'idiyyah 2 Kudus
- Mbah Kamsin, Pembuat Caping Kalo untuk Pakaian Adat Kudus yang Masih Tersisa
- Iksab TBS Lakukan Pendataan dan Pemetaan Potensi Alumni
- Dua Mahasiswi Asal Afrika Selatan Ini Diminta Mengulek Bumbu Rujak Saat Berkunjung ke MTs Ibtidaul Falah
- Marvin Rela Tak Lanjut Sekolah untuk Magang di Kudus Demi Cita-Cita Dirikan Usaha Pembuatan Stempel di Blora
Posted On : Jumat, 28 Oktober 2016Time : 01.03