Author : UnknownTidak ada komentar
SEPUTARKUDUS.COM, ALUN-ALUN – Sejumlah stan menyajikan produk-produk unggulan Kabupaten Kudus terlihat di barat, timur dan utara Alun-alun Simpang Tujuh Kudus, Minggu (27/11/2016) malam. Tampak dua orang laki-laki sedang berdiri sambil berbincang-bincang dengan pengunjung yang hendak membeli produk berbahan akrilik. Satu di antara dua orang pria tersebut yakni Siswanto (36), seorang karyawan usaha rumahan bernama Al Diar Handmade.
Pengunjung melihat aksesoris bros berbahan akrilik di stan Kudus Trade Show 2016. Foto: Sutopo Ahmad |
Di sela-sela kesibukannya melayani pembeli, Wanto, begitu dia akrab disapa, menjelaskan, kerajinan tangan yang dia jual bersama temannya milik Sudiharti, tak lain merupakan penyelenggara sekaligus Kepala Dinas Perdagangan dan Pengelolaan Pasar Kabupaten Kudus. Dia memulai usaha sejak satu tahun lalu, tepatnya pada 2015. Dua hari mengikuti pameran, Wanto mengaku produk berupa asesoris bros banyak dicari pengunjung karena bentuknya yang unik.
“Di antara produk-produk kami, aksesoris bros memang yang paling laris dibeli pengunjung. Buktinya selama dua hari mengikuti stan di Kudus, kami mampu menjual asesoris bros lebih dari 60 bros. Sedangkan produk bunga hiasan rumah, hanya beberapa yang laku terjual. Soalnya bros kami itu unik dan beda dari yang lain,” ungkap Wanto waktu ditemui di stan acara Kudus Trade Show 2016.
Pria yang tercatat sebagai warga di Kelurahan Panjunan RT 7 RW 2 Kecamatan Kota, Kudus ini mengatakan, acara pameran yang terselenggara di Kudus bagian dari road show yang bertajuk Gusjigang. Adapun tujuan dari acara yakni ingin menganggkat produk-produk unggulan yang dimiliki Kota Kudus. “Sebenarnya acara ini itu bagian dari road show, setelah dari Jakarta, Purwokerto dan Yogyakarta, sekarang kami di Kudus,” ujarnya.
Dia menjelaskan, pemasaran dilakukan Al Diar melalui online serta mengikuti pameran-pameran yang diselenggarakan oleh Pemerintah Kabupaten Kudus. Selebihnya, hanya menunggu pelanggan yang datang ke rumah untuk membeli. “Tempat home industry kami di Desa Rendeng RT 2 RW 4, Kecamatan Kota, Kudus,” ujarnya.
Bahan yang digunakan dalam membut sejumlah kerajinan dia dapatkan dari Jakarta dan Surabaya. Menurutnya, bahan yang dia beli dari sana itu lebih bagus serta dari segi harga jauh lebih murah. Sedangkan harga produk yang di tawarkan Al Diar berbeda-beda, tergantung tingkat kesulitan dan besar kecilnya kerajinan yang dihasilkan.
“Untuk harga aksesoris bros berkisar antara Rp 2.500 hingga Rp 15 ribu, tasbih Rp 10 ribu hingga Rp 20 ribu, bunga hiasan rumah antara Rp 20 ribu hingga Rp 300 ribu, tergantung proses pembuatan dan ukuran produk yang dibuat,” ungkapnya.
Dia menambahkan, selama dua hari mengikuti stan, omzet yang didapatkan sekitar Rp 300 ribu, terhitung mulai pukul 10.00 WIB hingga pukul 22.00 WIB. Sekarang, dengan dibantu empat orang karyawan, masing-masing karyawan dalam sehari mampu produksi sekitar 25 bros ukuran kecil, 15 bros ukuran besar. “Selain karyawan tetap, terkadang kami dibantu tiga orang karyawan freelance,” tambahnya.
Artikel Terkait
Posted On : Senin, 28 November 2016Time : 00.45