Author : UnknownTidak ada komentar
SEPUTARKUDUS.COM, PEDAWANG - Lelaki tua mengenakan caping dan dan bersandal jepit terlihat sedang melangkahkan kakinya di jalan Desa Pedawang, Kecamatan Bae, Kudus. Di memikul dua kantong plastik besar berisi ribuan kerupuk opak. Pria tersebut bernama Seren (50), yang menjual kerupuk opak keliling berjalan kaki di Kudus. Dari tempat tinggalnya Blora menuju Kudus, dia menumpang truk.
Seren berjalan kaki di Jalan Desa Pedawang, Kecamatan Bae, Kudus, menjual kerupuk opak. Foto Rabu Sipan |
Setelah jauh melangkah, Seren memutuskan untuk beristirahat. Di sela istirahatnya itu dia sudi berbagi kisah tentang daganganya kepada Seputarkudus.com. Dia mengatakan mulai berjualan kerupuk opak sejak sekitar delapan tahun yang lalu. Dan setiap berangkat dari daerah asalnya, Blora, ke daerah tempat tujuan untuk berjualan, termasuk di Kudus, Seren selalu naik truk.
“Aku selalu numpang truk dari pada naik bus untuk menuju daerah yang akan aku jadikan tempat menjajakan kerupuk opakku. Selain lebih murah, bak truk juga luas hingga tidak berdesakan. Selain itu truk tersebut tidak pernah ngetem mencari penumpang lain,” ujar Seren kepada beberapa waktu lalu.
Pria yang sudah dikaruniai dua putra tersebut mengatakan, untuk memberhentikan truk agar mau ditumpangi hingga ke tempat tujuan tidaklah gampang. Butuh kesabaran, karena tidak semua truk yang dia berhentikan mau berhenti. Kalau pun ada yang mau berhenti biasanya arah dan tujuan daerahnya tidak sama. Bahkan di hari tersebut untuk memberhentikan truk yang bersedia ditumpangi ke kudus dia harus menunggu sampai tiga jam.
Pria yang mengaku tidak pernah mengenyam pendidikan di sekolah formal tersebut mengatakan, berangkat dari Blora naik truk bersama enam rekanya sesama pedagang. Namun yang berjualan ke Kudus hanya dirinya. Setelah truk sampai di lampu merah Ngembal Rejo, Bae, dia turun.
“Setelah turun dari truk di lampu merah Desa Ngembal, aku lalu berjalan keliling menjual kerupuk opak yang aku bawa. Alhamdulillah selama berjalan menawarkan daganganku dari Ngembal Rejo sampai Pedawang aku sudah mendapatkan sekitar Rp 30 ribu,” ujar Seren.
Dia mengaku membawa sekitar 1.500 kerupuk opak yang dia kemas menjadi 250 bungkus. Setiap kemasan berisi enam kerupuk opak yang dia jual dengan harga Rp 2 ribu per bungkus.
Dia mengungkapkan, selama delapan tahun berjualan kerupuk opak, tidak pernah daganganya tersebut terjual habis dalam sehari. Biasanya untuk menjual habis ratusan bungkus kerupuk opak yang dia jual, Seren membutuhkan waktu dua sampai tiga hari. Bahkan saat malam datang diakunya dia sering menginap di balai desa, atau pun musala.
“Jika nanti kerupuk opak yang aku bawa terjual habis aku bisa mendapatkan uang sekitar Rp 500 ribu. Tapi, karena kerupuk opak milik tetangga kampung yang aku jual ini, biasanya aku hanya menerima uang sisa sekitar Rp 150 ribu,” ujar Senen yang mengaku berangkat berjualan sepekan dua kali saja.
Artikel Terkait
Posted On : Senin, 21 November 2016Time : 23.44