Pengukuran Sudut Horisontal (Deklinasi) dan Poligon

Author : UnknownTidak ada komentar

Pengukuran Sudut Horisontal (Deklinasi) dan Poligon

SUDUT

Ada beberapa negara di dunia ini, terutama negara-negara sosialis, arah titik tidak menggunakan azimut, melainkan dengan Bearing.
Bearing adalah sudut lancip yang diukur dari Utara atau Selatan kompas menuju ke arah Timur atau Barat.
Kuadran I dan IV diukur dari arah Utara ke arah Timur (kuadran I) dan ke arah Barat (kuadran IV).
kuadran II dan III diukur dari arah Selatan menuju ke arah Timur (kuadran II) dan ke arah Barat (kuadran III).

Hubungan azimut dan bearing 

  • Pada kuadran I, bearing = azimut, hanya penulisan bearing diawali dengan U ke arah Timur.
  • Pada kuadran II, bearing sama dengan 180 dikurangi azimut, dan penulisannya dari S ke arah Timur.
  • Pada kuadran III, bearing sama dengan azimut dikurangi 180, dan penulisannya dari S ke arah Barat.
  • Pada kuadran IV, bearing sama dengan 360 dikurangi azimut, dan penulisannya dari U ke arah Barat.

Sudut horisontal (Deklinasi)

Sudut yang dibentuk oleh arah Utara sesungguhnya dengan arah Utara jarum magnet disebut sudut deklinasi.
Deklinasi ini dapat positif dan dapat negatif.
Sudut Horisontal (Deklanasi)
Deklinasi positif bila jarum magnet menujuk ke arah Timur terhadap arah Utara – Selatan sesungguhnya,.
Deklinasi negatif bila jarum magnet menunjuk arah Barat terhadap arah Utara – Selatan sesungguhnya.

  • U    = Utara sesungguhnya
  • Um = Utara magnetis
Di Indonesia deklinasi adalah negatif

POLIGON

Poligon berasal dari kata poly yang berarti banyak dan goon yang berarti sudut. Poligon berarti segi banyak.
Pengukuran poligon ialah pengukuran segi banyak; maksudnya adalah untuk menetapkan koordinat titik-titik ukur dan besarnya sudut pada masing-masing titik ukur.
Pada pengukuran poligon ini, yang diukur terutama adalah koordinat titik-titik sudut poligon, jarak antar dua titik sudut atau panjang sisi-sisi dan susut-sudut horizontal antar sisi yang ada.

Pembuatan poligon biasanya dimaksudkan untuk :

  • Menentukan kedudukan tanda-tanda batas yang sudah ada.
  • Menetapkan kedudukan garis batas.
  • Menentukan luas areal yang diketahui oleh batas tertentu.
  • Menentukan kedudukan dari titik buatan dari mana data dapat diperoleh untuk persiapan peta (titik kontrol).
  • Untuk menentukan titik kontrol untuk pemetaan photogrammetris.
  • Menentukan titik kontrol untuk pembuatan jalur, penggalian tanah dan sebagainya.

PENGUKURAN POLIGON

  • Tinjauan dari bentuk fisik visualnya : 4 jenis

Poligon Terbuka

Poligon Terbuka
Secara geometris dan matematis terdiri atas serangkaian garis yang berhubungan tetapi tidak kembali ke titik awal atau titik ukur pertama tidak sama dengan titik terakhir.
Poligon terbuka biasanya digunakan untuk Jalur lintas / jalan raya, saluran irigasi, kabel listrik, tegangan tinggi. kabel Telkom, jalan kereta api.

Poligon tertutup

Pada poligon tertutup, garis terakhir kembali ke titik awal, jadi membentuk  segi  banyak  berakhir  di  stasiun lain yang mempunyai ketelitian letak sama atau  lebih  besar  daripada  ketelitian letak  titik awal.
Poligon Tertutup
Poligon tertutup  memberikan pengecekan pada sudut-sudut dan jarak tertentu, suatu  pertimbangan  yang sangat  penting.
Titik sudut yang pertama = titik sudut yang terakhir.
Poligon  tertutup  biasanya  dipergunakan  untuk pengukuran batas kawasan  hutan, titik kontur, bangunan sipil  terpusat, waduk, bendungan, pemukiman, jembatan  (karena diisolir dari 1 tempat), kepemilikan tanah. topografi kerangka dan jenis pengukuran lainnya yang membutuhkan informasi luasan.

Poligon bercabang

Poligon bercabang adalah dua buah poligon terbuka yang di gabungkan menjadi satu sehingga membentuk sebuah percabangan.
Poligon Bercabang
Poligon ini biasa digunakan untuk memetakan jaringan jalan dan/atau membuat percabangan sungai.

Poligon kombinasi

Poligon kombinasi merupakan gabungan antara 3 poligon yaitu poligon terbuka, poligon tertutup, dan poligon bercabang.
Poligon kombinasi tersebut untuk lingkup Kementrian Kehutanan dalam kegiatan penataan batas kawasan hutan sangat jarang digunakan.
  • Tinjauan dari bentuk geomoteriknya : 3 jenis

Poligon terikat sempurna

Dikatakan poligon terikat sempurna, apabila sudut awal dan sudut akhir  diketahui besarnya sehingga terjadi hubungan antara sudut awal dengan sudut akhir,
Poligon Terikat Sempurna
adanya absis dan ordinat titik awal dan akhir, atau koordinat awal dan koordinat akhir diketahui.

Poligon tidak terikat sempurna

Dikatakan poligon tidak terikat sempurna, apabila hanya diikat oleh koordinat saja atau sudut saja, atau terikat sudut dengan koordinat akhir tidak diketahui.
Poligon Tidak Terikat Sempurna
Hal ini disebabkan oleh kurangnya titik referensi di saat pengukuran berlangsung.

Poligon tidak terikat

Poligon tidak terikat, apabila hanya ada titik awal, azimuth awal, dan jarak namun tidak  diketahui koordinatnya, tidak terikat koordinat dan tidak terikat sudut.
Poligon Tidak Terikat
Pada poligon ini sama sekali tidak ada sebuah koreksi, biasanya hanya mengunakan atau memperbanyak kontrol lebih di saat pengukuran di lapangan, hal ini di sebabkan karena tidak adanya titik ikat pada ujung poligon (poligon ini sering di sebut juga titik bantu).

KOREKSI SUDUT DALAM POLIGON

Prinsip dari koreksi ini, adalah mengecek berapa jumlah dari sudut dalam dari poligon.
Jumlah sudut dalam poligon = (n-2) 180॰.
Jika jumlah sudut dalam dari poligon hasil penggambaran tidak sama dengan (n-2) 180॰, berarti perlu ada koreksi.

Contoh:
Poligon ABCDEA, besarnya sudut dalam masing-masing sudut sebagai berikut :
Sudut            A = 78° 22¢ 30¢¢
               B = 110° 18¢ 00¢¢
               C = 150° 17¢ 30¢¢
               D = 58° 20¢ 25¢¢

               E = 139° 28¢ 30¢¢

Dari poligon tersebut jumlah sudut dalam
                = 535° 105¢ 115¢¢ = 536° 46¢ 55¢¢
Menurut ketentuan jumlah sudut dalam seharusnya
= (n-2) 180° = (5-2) 180° = 540°
Ada kekurangan 540° - 536° 46¢ 55¢¢ = 3° 13¢ 5¢¢
atau setiap sudutnya = 38¢ 37¢¢

àBerarti, setiap sudutnya perlu ditambah 38¢ 37¢¢

Poligon ABCDEA, besarnya sudut hasil koreksi adalah :
A = 78° 22¢ 30¢¢ à 79° 01¢ 07¢¢
B = 110° 18¢ 00¢¢ à 110° 56¢ 37¢¢
C = 150° 17¢ 30¢¢ à 150° 56¢ 07¢¢
D = 58° 20¢ 25¢¢ à 58° 59¢ 02¢¢
E = 139° 28¢ 30¢¢ à 140° 07¢ 07¢¢

Daftar Pustaka:
Senawi, Sahid, W. Wardhana, 2011. Survei & Pemetaan Hutan. Cakrawala Media, Yogyakara. 
Bernhardsen, T., 1999. Geographic Information Systems: an introduction. John Wiley and sons chapter 1.




Artikel Terkait

Posted On : Selasa, 22 November 2016Time : 19.38
SHARE TO :
| | Template Created By : Binkbenks | CopyRigt By : My Blog | |
close
Banner iklan disini
> [Tutup]