Author : UnknownTidak ada komentar
SEPUTARKUDUS.COM, PURWOSARI - Di tepi utara Jalan Kudus – Jepara, tepatnya di seberang pintu keluar pusat perbelanjaan Swalayan Ada, terlihat seorang perempuan memakai jilbab sedang memegangi gancu tampak terampil memotong es balok. Di sebelahnya seorang pria berkaus lengan panjang warna hitam sedang menungguinya. Perempuan tersebut bernama Sumiah (55), penjual es balok yang mengaku beberapa tahun terkhir penjualanya menurun karena banyaknya persaingan.
Sumiah sedang memotong es balok untuk pembeli yang datang ke lapaknya. Foto: Rabu Sipan |
Setelah es balok yang terpotong dan dibawa pembeli, Sumiah duduk menunggu pelangganya yang lain. Di sela istirahatnya, Sumiah sudi berbagi kisah tentang usahanya tersebut. Dia mengatakan berjualan es balok mulai tahun 1975. Menurutnya, menjual es balok sekarang tidak selaris dulu. Selain beberapa orang yang membuka usaha serupa, ada lagi saingan lain yakni es kristal dan es yang dibuat di kulkas.
“Sejak banyak persaingan, penghasilan menjual es balok banyak mengalami penurunan, bahkan turunya lebih dari 50 persen. Karena selain usaha serupa ada juga saingan yang lain yakni penjual es batu jenis lain, yakni es kristal dan es batu yang dibuat di kulkas. Bahkan banyak pelanggan tidak lagi membeli es balok ditempatku karena sudah memiliki kulkas sendiri,” ungkap Sumiah kepada Seputarkudus.com beberapa waktu lalu.
Perempuan yang tercatat sebagai Warga Kelurahan Purwosari tersebut mengatakan, sebelum banyak persaingan dia bisa menjual sekitar 90 es balok setiap hari. Menurutnya jumlah tersebut naik dua kali lipat pada musim kemarau dan saat tradisi Dandangan digelar.
Tapi sejak banyaknya persaingan, perempuan janda tersebut mengaku hanya mampu menjual es batu sekitar 30 balok pada hari biasa. Dan saat musim kemarau dan saat ada tradisi Dandangan, Sumiah bisa menjual sekitar 80 es balok. “Meskipun hitunganya per balok, aku tetap melayani jika para pelanggan membeli bentuk potongan,” ujarnya
Perempuan yang sudah dikaruniai tujuh anak dan lima cucu tersebut mengatakan, dirinya mendapatkan es balok dari pabrik es Kota Kretek yang berada di depan Rumah Sakit Mardi Rahayu. Es yang dia jual dikirim dari pabrik sekitar pukul 04.00 WIB. Kemudian mulai buka pukul 06.00 WIB, es balok tersebut diantarkan kepada para pelanggan oleh seorang pekerjanya.
“Biasanya pihak pabrik menaruh es balok di lapak sesuai pesananku. Mereka akan datang lagi pada pukul 15.00 WIB di hari yang sama untuk mengambil uang es balok yang dikirim. Meskipun es balok datang fajar dan bayar pada waktu Ashar, aku tetap membayar penuh semua es balok yang dikirim. Entah semua es balok tersebut habis terjual maupun tidak,” ujar Sumiah.
Dia menuturkan, setiap pekerjaan pasti ada risikonya, begitu juga dengan usahanya tersebut. Risiko yang sering dia hadapi saat hujan turun. Hampir bisa dipastikan es yang dia jual tidak laku. “Untuk menyiasati hal tersebut biasanya aku mengandalkan ilmu titen untuk membaca cuaca serta menentukan pesanan es balok, agar tidak kebanyakan dan terhindar dari rugi,” ujarnya.
Dia menuturkan, setiap pekerjaan pasti ada risikonya, begitu juga dengan usahanya tersebut. Risiko yang sering dia hadapi saat hujan turun. Hampir bisa dipastikan es yang dia jual tidak laku. “Untuk menyiasati hal tersebut biasanya aku mengandalkan ilmu titen untuk membaca cuaca serta menentukan pesanan es balok, agar tidak kebanyakan dan terhindar dari rugi,” ujarnya.
Artikel Terkait
Posted On : Sabtu, 19 November 2016Time : 02.37