Author : UnknownTidak ada komentar
SEPUTARKUDUS, DEMAAN - Seorang lelaki tua mengenakan caping di kepala tampak mengayuh gerobak berwarna hijau di Jalan KH Wachid Hasyim tepatnya di Desa Demaan, Kecamatan Kota, Kudus. Di atas gerobak bagian depan terdapat bejana yang selalu tertutup. Pria tersebut bernama Narto Diyono (61), penjual es puter di Kudus. Dia pernah menolak tawaran berjualan di restoran dan memilih tetap berjualan keliling menggunakan gerobak.
![]() |
Narto melayani pembeli es puter di Jl Wachid Hasyim di Kudus. Foto: Rabu Sipan |
Setelah beberapa kayuhan pedal, pria yang akrab disapa Narto tersebut berhenti karena ada seorang anak perempuan beseragam SD (sekolah dasar) membeli es puter miliknya. Seusai melayani pembeli, Narto sudi berbagi kisah tentang daganganya tersebut.
Dia mengaku mulai berjualan es puter di Kudus sekitar 30 tahun lalu, tepatnya pada tahun 1986. Selama berjualan di Kudus dia sudah memiliki banyak pelanggan, itu terbukti dagangan es puternya selalu terjual habis setiap hari. Oleh karena itu dia menolak tawaran untuk berjualan di restoran.
Dia mengaku mulai berjualan es puter di Kudus sekitar 30 tahun lalu, tepatnya pada tahun 1986. Selama berjualan di Kudus dia sudah memiliki banyak pelanggan, itu terbukti dagangan es puternya selalu terjual habis setiap hari. Oleh karena itu dia menolak tawaran untuk berjualan di restoran.
“Karena es puter daganganku selalu terjual habis dan aku juga sudah memiliki banyak pelanggan di Kudus, aku menolak tawaran itu. Pada tahun 2000 ada seorang warga Tionghoa yang menawari agar aku bersedia menjual es puter di restoran miliknya, di Semarang,” ungkap Narto kepada Seputarkudus.com beberapa waktu lalu.
Menurut pria asal Sukoharjo tersebut, selain alasan pelangganya di Kudus, tawaran pemilik restoran itu dinilai tak menguntungkanya. Karena habis atau tidaknya es puter yang dia jual di restoran menjadi tanggunganya sendiri.
“Kalau menjadi tanggunganku sendiri, mendin aku berjualan keliling di Kudus, sudah memiliki pelanggan dan jelas hasilnya. Kecuali jika setiap hari aku diminta untuk mengirim es puter ke restoran tersebut aku bersedia. Setiap es puter yang aku kirim harus dibayar, entah di sana laku apa tidak," ujarnya.
Narto mengungkapkan membuat sendiri es puter yang dia jual dengan bahan – bahan alami. Di antaranya santan kelapa, gula pasir, dan garam. Menurutnya daganganya tersebut tanpa bahan pengawet maupun pemanis buatan, jadi sangat aman untuk dikonsumsi semua usia.
Pria yang sudah dikaruniai tiga anak serta dua cucu tersebut mengatakan, menjual es puternya dengan harga Rp 5 ribu seporsi. Dan jika semua daganganya itu habis terjual dia mengaku bisa mendapatkan omzet sekitar Rp 400 ribu sehari.
Dia menuturkan selama di Kudus dia bersama temanya sesama pedagang mengontrak di Desa Mlati Lor, Kota, dengan harga sekitar Rp 3 juta setahun. Dia berangkat berjualan setelah Dzuhur hingga pukul 21. 00 WIB.
“Aku berangkat berjualan setiap hari, sekitar pukul 12. 30 WIB aku mulai berangkat berjualan keliling sampai 17.00 WIB. Sedangkan selanjutnya sampai pukul 21. 00 WIB aku mangkal di dalam Taman Bojana, tepatnya di ujung bagian timur,” jelasnya
Narto menambahkan, istrinya berjualan jamu gendong di Kudus. Tetapi istrinya tinggal di Kecamatan Dawe, bersama saudaranya. “Meskipun sama – sama di Kudus, aku dan istriku jarang ketemu, paling pas mau pulang ke Sukoharjo,” Kata Narto yang sebulan sekali pulang ke kampung halamanya bersama istrinya.
Artikel Terkait
- Saking Larisnya, Toko ARS sering Kehabisan Stok Klakson Telolet, Banyak Pembeli Pulang dengan Tangan Hampa
- Tak Ingin Hanya Mengandalkan Gaji Bulanan Suami, Santi Berjualan Cilok di Pertigaan Jalan Veteran
- Penjual Es Puter Ini Pernah Menolak Tawaran Berjualan di Restoran, dan Memilih Tetap Keliling Menggunakan Gerobak
- Orang Singocandi Ini Tak Akan Melepas Yamaha 75 Butut Miliknya Meski Ditawar dengan Harga Selangit
- Warga Blora Ini Berharap Daerahnya Punya Taman Lampion yang Indah Seperti di Kudus
- Stasiun (3-Habis), Tiga Kali Datang ke Kudus, Bung Karno Naik Kereta dan Turun di Stasiun Wergu
- Berjualan Ayam Goreng Crispy di Perempatan Sucen, Wahyu Bisa Meraup Omzet Rp 2 Juta Sehari
- Sukses Berjualan Ayam Goreng Crispy, Wahyu Tak Pernah Lupa Jasa Baik Bu Nyai yang Membawanya Hijrah ke Kudus
- Tak Ingin Membebani Keluarga, Mahasiswa Tingkat Akhir STAIN Kudus Ini Rela Berjualan Kerang Setiap Malam
- Niat Awal Berjualan Martabak Telur Puyuh untuk Membantu Suami Cukupi Kebutuhan, Kini Justru Sebaliknya
- Santoso Pilih Tak Lanjut Sekolah untuk Jual Bakso Rindu Demi Biayai Pendidikan Dua Adiknya di Sukoharjo
- Sempat Jatuh Karena Terimbas Isu Bakso Berformalin, Pak Lan Bangkit dan Sukses dengan Terminal Es
- Toko Sandal Lucu di Kudus Tiga Tahun Dirintis Kini Memiliki 80 Reseller dengan Omzet Rp 20 Juta Sebulan
- Pria Tak Lulus SD Ini Bisa Bangun Rumah Bertingkat dan Beli Mobil Hasil Berjualan Bakso Bakar
- 35 Tahun Berjalan Kaki Menjual Kerupuk, Dalhar Tetap Bersyukur Meski Tak Jarang Dipalak Orang
- Aris Buka Jasa Perbaikan Lampu Hemat Energi Siang Hari di Pasar Bitingan Karena Sedikit Saingan
Posted On : Selasa, 15 November 2016Time : 06.32