Author : UnknownTidak ada komentar
SEPUTARKUDUS.COM, SADANG – Tumpukan kerajinan tali peti kemas terlihat di teras rumah di Desa Sadang, Kecamatan Jekulo. Tampak beberapa orang sedang duduk di atas kursi sembari mengayam satu persatu tali peti kemas menjadi kerajinan. Salah satu di antarannya, Agil Heriyanto (30), pemilik usaha tersebut. Bermodal awal Rp 200 ribu, kini dirinya mampu menghidupi keluarganya dan bisa membeli mobil pikap serta tiga unit motor.
Agil menunjukkan barang kerajinan berbahan tali peti kemas. Foto: Sutopo Ahmad |
Ditengah-tengah kesibukannya membuat sejumlah kerajinan pesanan pelanggan, Agil, begitu dia akrab disapa, sudi berbagi cerita kepada Seputarkudus.com tentang usaha yang dia tekuni. Dia menjelaskan, usahanya sudah berlangsung sekitar dua setengah tahun, mulai awal bulan 2014. Sebelum menjadi wirausaha, dia mengaku sempat bekerja sebagai pemborong percetakan besi di PT Adhimix Prices.
“Benar-benar dari nol tanpa saya merintis usaha. Saya masih ingat, waktu itu saya punya uang Rp 200 ribu untuk membeli sejumlah tali dan memulai usaha. Allhamdulilah, dari awalnya tidak punya apa-apa, kini saya punya mobil Mitsubishi T120SS pikap dan tiga motor. Motor Jupiter Z, Vario serta Supra X 125,” ungkap Agil waktu ditemui di rumahnya, Desa Sadang RT 4 RW 1, Kecamatan Jekulo, Kudus.
Pria yang mengaku sudah dikaruniai dua orang anak yang semuanya perempuan ini menceritakan, selama dia menjadi pemborong, usahanya tidak berjalan seperti apa yang dia harapkan. Usahanya bangkrut dan mengalami kerugian besar. “Biasa, namanya juga sedang di atas, pasti banyak orang yang tidak suka,” terangnya.
Dia memberitahukan, kerajinan yang dia buat bermacam-macam bentuk. Ada kerajinan yang berbentuk tombong (keranjang kendaraan roda dua), tas belanja, tempat sampah dan ada pula yang berbentuk keranjang buah. Untuk bahan baku, dia mengaku mendapatkan sejumlah tali peti kemas serta kayu langsung dari perusahaan PT Delta Dunia Sandang Tekstil, Kecamatan Sayung, Demak.
Pria lulusan taman kanak-kanak (TK) ini mengatakan, untuk pemasaran dia hanya menunggu pesanan dari sejumlah pelanggan yang datang ke rumah. Pesanan kebanyakan dari pelanggan dari dari daerah Kudus dan sekitarnya, serta luar Jawa. “Yang dari luar Jawa di antaranya dari Sumatera dan Palembang. Yang dari wilayah dekat antara lain dari Kudus, Pati, Rembang dan Jepara,” ujarnya.
Saat ini Agil dibantu lima orang karyawan. Satu bulan dia mampu memproduksi sebanyak 200 biji kerajinan jenis tombong. Sedangkan harga yang dia tawarkan berbeda-beda, tergantung ukuran dan jenis kerajinan apa yang di buat.
“Tombong eceran ukuran kecil saya juga Rp 125 ribu, yang berukuran besar Rp 150 ribu. Kalau jualnya per set (isi dua) saya jual Rp 200 ribu. Sedangkan keranjang buah harganya Rp 75 ribu, tas belanja antara Rp 13 ribu hingga Rp 15 ribu dan tempat sampah kecil Rp 25 ribu, besar Rp 30 ribu," tuturnya.
Agil tak pernah menghitung omzet yang didapat. Dia selalu membelanjakan uang yang masuk untuk membeli bahan baku dan untuk kebutuhan keluarganya.
Artikel Terkait
Posted On : Selasa, 01 November 2016Time : 04.57